Pemerolehan Bahasa Anak 5 Tahun ditinjau dari Fenologis dan Semantis

Meddyan Heriadi

Abstract


Abstract: When born, humans are basically not able to speak, but are already able to communicate. The communication is described in various signs. These signs are like crying to show hunger, pain, heat, cold or laughing to show pleasure. After that, gradually the children will learn how to speak, in order to adapt to their environment along with physical growth. This is a language acquisition process. Where according to Sundjono (in Saputri,: ) is the natural process of mastering the mother tongue. Based on the research that has been carried out, it is known that: a). Zhafira still has errors in vocabulary selection, at least mastered vocabulary, wrong pronunciation, lack of interaction with friends at the beginning of school, and not fluent in building sentences; b) Although both of the child's parents are from Serawai language, Zhafira only mastered 3 Serawai vocabulary, namely mising, awu, and ngerayau. While the rest is formal Indonesian. c. The teacher himself assessed that there were differences in language patterns and interaction patterns at the beginning of school entry and during interviews. Based on the results of the study, it can be concluded that Zhafira herself still has a delay in language acquisition when compared to her peers. This can be seen how he is still deep in his pronunciation and his inability to build sentences. In addition, the language used by zhafira is formal Indonesian because her daily life is dominant on Indonesian-language television. The teacher also considered that there was a pattern of improvement in Zhafira's language compared to the beginning of the school period. Previously he just smiled when he was greeted and now he wants to ask and report. He has also begun to be able to interact with peers.

Abstrak: Ketika lahir, manusia pada dasarnya belum mampu untuk berbicara, tetapi sudah mampu berkomunikasi. Komunikasi tersebut diuraikan dalam berbagai tanda. Tanda tersebut seperti menangis untuk menunjukkan lapar, sakit, panas, dingin arau tertawa untuk menunjukkan rasa senang. Setelah itu, lambat laun anak-anak nantinya akan belajar bagaimana berbahasa, agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya seiring pertumbuhan fisik. Inilah merupakan proses pemerolehan bahasa. Di mana menurut Sundjono (dalam Saputri, : ) yaitu proses penguasaan bahasa ibu secara alami. Berdasarkan riset yang telah dilaksanakan diketahui bahwa: a). Zhafira masih memiliki kesalahan dalam dalam pemilihan kosakata, sedikitnya kosakata yang dikuasai, salah dalam pelafalan, minimnya interaksi pada teman saat di awal sekolah, dan belum lancar dalam membangun kalimat;  b) Meskipun kedua orang tua sang anak berasal dari bahasa Serawai, Zhafira hanya menguasai 3 kosakata serawai yaitu mising, awu, dan ngerayau. Sementara sisanya adalah bahasa Indonesia formal. c. guru sendiri menilai terdapat perbedaan pola bahasa dan pola interaksi saat di awal masuk sekolah dan saat wawancara dilaksanakan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Zhafira sendiri masih memiliki keterlambatan pemerolehan bahasa jika dibanding teman sesusianya. Hal ini terlihat bagaimana ia masih dalam dalam pelafalan dan ketidakmampuannya dalam membangun kalimat. Selain itu, bahasa yang digunakan zhafira adalah bahasa Indonesia formal karena kesehariannya yang dominan pada televisi yang berbahasa Indonesia. Sang guru juga menilai bahwa terjadi pola peningkatan berbahasa Zhafira dibandingkan pada awal masa sekolah. Jika dahulu ia hanya tersenyum saat disapa dan saat ini ia sudah mau bertanya dan melapor. Ia juga sudah mulai mampu untuk berinteraksi dengan teman sebaya.


Keywords


Pemerolehan bahasa; Anak; Fonologi; Sintaksis

Full Text:

PDF

References


Amalia, W., & Satiti, I. A. D. (2020). Kenali dan Cegah Keterlambatan Bicara (Speech Delay) pada Anak Usia Dini di Paud Maju Mapan Desa Bendosari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. JAPI (Jurnal Akses Pengabdian Indonesia), 5(1), 22-27.

Khoiriyah, K., Ahmad, A., & Fitriani, D. (2016). Model pengembangan kecakapan berbahasa anak yang terlambat berbicara (speech delay) (Doctoral dissertation, Syiah Kuala University).

Muslimat, A. F., Lukman, L., & Hadrawi, M. (2020). Faktor Dan Dampak Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) Terhadap Perilaku Anak Studi Kasus Anak Usia 3-5 Tahun: Kajian Psikolinguistik. Jurnal Al-Qiyam, 1(2), 1-10.

Rezeki, T. I., & Sagala, R. W. (2019). Pemerolehan Bahasa Anak Periode Linguistik. Jurnal Artikula, 2(2), 1-7.

Rita Kurnia. 2019. Bahasa Anak Usia Dini. Yogyakarta: Deepublish.

Saputri, R. (2018). Pemerolehan Bahasa Anak Usia 3 Tahun. JURNALISTRENDI: Jurnal Linguistik, Sastra, Dan Pendidikan, 3(1), 210-214.

Yulsyofriend, Y., Anggraini, V., & Yeni, I. (2019). Dampak Gawai Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Yaa Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1), 67-80.




DOI: http://dx.doi.org/10.29300/hawapsga.v3i2.4750

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak



Jurnal Hawa: Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak is Indexed by:

 

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Disclaimer: Jurnal Hawa : Studi Pengarus Utamaan Gender dan Anak articles published by UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu have been previewed and authenticated by the Authors before publication. The Journal, Editor and the editorial board are not entitled or liable to either justify or responsible for inaccurate and misleading data if any. It is the sole responsibility of the Author concerned. Read our Plagiarism Policy and use of this site signifies your agreement to the Terms of Use.

Journal Publishing Office Location:

Pusat publikasi Ilmiah UIN Fatmawati Sukarno BengkuluLPP2M Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu

Address: Jl. Raden Fatah, Pagar Dewa Kota Bengkulu 38211, Bengkulu, Sumatra Indonesia. Email: hawa@mail.uinfasbengkulu.ac.id