The Color Purple and Namaku Hiroko: Comparative Literature on Gender Inequality Issues

Abstract

Abstract: This research aims to compare and contrast the gender inequality concerns in Alice Walker's The Color Purple and Nh. Dini Namaku Hiroko. Using a comparative literature method, this research examines the contrasts and similarities in the author's descriptions of gender inequality concerns faced by the major characters in the two novels. The qualitative descriptive analysis approach is used in this investigation. There are parallels in the subject of gender equality for women who are deemed second-class citizens who are sexually and economically objectified and confined by patriarchal society and culture. The distinction between the two novels is that "The Color Purple" exposes the State of American culture that discredits black people, whereas "My Name is Hiroko" depicts women's economic and sexual desires. Finally, we can observe how the authors' cultural backgrounds may impact the literary works they produce since the writers will write about the socio-cultural situations they are experiencing.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan dan mengkontraskan isu kesetaraan gender dalam The Color Purple karya Alice Walker dan Namaku Hiroko karya Nh. Dini. Dengan menggunakan metode sastra komparatif, penelitian ini mengkaji kontras dan persamaan dalam deskripsi penulis tentang masalah kesetaraan gender yang dihadapi oleh karakter utama dalam dua novel. Pendekatan analisis deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Ada persamaan dalam subjek kesetaraan gender bagi perempuan yang dianggap warga negara kelas dua yang diobjektifikasi secara seksual dan ekonomi, serta dikurung oleh masyarakat dan budaya patriarki. Perbedaan antara kedua novel adalah bahwa The Color Purple mengekspos keadaan budaya Amerika yang mendiskreditkan orang kulit hitam, sedangkan Namaku Hiroko menggambarkan hasrat ekonomi dan seksual perempuan. Terakhir, kita dapat mengamati bagaimana latar belakang budaya pengarang dapat mempengaruhi karya sastra yang mereka hasilkan, karena pengarang akan menulis tentang situasi sosial budaya yang mereka alami.