Badau ‘di’ Indonesia : Kasus Daerah Perbatasan Indonesia yang Masih Terlantar Studi Kasus Kecamatan Badau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
Abstract
Letak geografisnya yang bersandingan langsung dengan Lubok Antu (Serawak) menjadikan Badau sebagai wilayah perbatasan Indonesia-Serawak yang penuh dengan permasalahan sosial. Pemenuhan kebutuhan vital atas pangan, pendidikan, kesehatan dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat menjadi isu pertama dalam tulisan ini. Pada kenyataannya, situasi dan kondisi di perbatasan mengkonstruksi ketergantungan masyarakat Badau atas Lubok Antu (Serawak). Akses yang mudah, cepat dan jenis kualitas barang-jasa dari Lubok Antu (Serawak) menjadi point lebih yang melatarbelakangi ketergantungan tersebut. Persoalan vital lain yakni eksistensi perlindungan hukum bagi masyarakat perbatasan. Heterogenitas masyarakat Badau baik dari latar belakang etnis, agama dan stratifikasi sosial membuat potensi konflik semakin tinggi. Selain itu ketegangan antar negara bisa saja terjadi, khususnya konflik terkait pekerja (illegal-legal). Pada konteks ini, aparat negara harus berperan secara maksimal disamping peraturan dan aparat dari adat (Dayak – Melayu). Terpautnya jarak antara pusat pemerintahan dan Badau lantas berujung pada berbagai bentuk ketidakpastian kehidupan yang dijalani oleh masyarakat Badau. Pendidikan dan jaminan kesehatan bagi anak dan remaja menjadi salah satu point penting dalam upaya pemberian kepastian bagi masyarakat perbatasan. Statusnya sebagai daerah yang terpelosok dan terpencil tersebut tidak bisa menjamin kelancaran distribusi baik barang, jasa maupun peraturan dari pemerintah kepada masyarakat di Badau.
Kata Kunci : Perbatasan, Disfungsi, Negara, Badau, Lubok Antu, Kalimantan Barat, SerawakFull Text:
PDFReferences
Abdullah, Irwan. 2013. “Daerah Perbatasan: Misrepresentasi Pembangunan dariBelakang”, dalamIrwan Abdullah (ed.), BadauPastiBerlalu: CatatanPerjalanandari Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat. Yogyakarta: TICI Publications.
Badau, Laporan Tahunan Kecamatan Badau Tahun 2012
Chalmers, Ian. 1996. Konglomerasi: Negara dan Modal dalam Industri Otomotif Indonesia. Jakarta: Gramedia
Detail map of Nanga Badau http://www.maplandia.com/indonesia/kalimantan- barat/kapuas-hulu/nangabadau. Diakses pada 3 April 2013 pukul 16.00 WIB
Manurung, Lisman. 2006. “Pengembangan Kawasan Pulau-pulau Terluar dengan Pola Kemitraan Pemerintah-Swasta (Public-Private Partnership)”, dalam Jurnal Nasion, Vol. 3, Nomor 2 Desember. Jakarta: Pusat Pengkajian Strategi Nasional (PPSN).
Safitri, RirihMegah. 2013. “FungsidanDisfungsi Negara di Perbatasan: PotretKehidupan di Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat”, dalamIrwan Abdullah (ed.), BadauPastiBerlalu: CatatanPerjalanandari Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat. Yogyakarta: TICI Publications.
Scott, James. J. 1985. Weapons of the Weak, Everyday Forms of Peasant Resistence. New Heaven: Yale University Press
Siahaan, Hotman. Konstitusionalisme, Pembangkangan Sipil dan Demokrasi. Makalah dalam sehari tentang Konstitusionalisme, Pembangkangan Sipil dan Demokrasi tanggal 1 Maret 1999 di Gedung UC UGM diselenggarakan oleh Institute for Research and Empowernment (IRE) Yogya
DOI: http://dx.doi.org/10.1161/mhj.v5i1.739
DOI (PDF): http://dx.doi.org/10.1161/mhj.v5i1.739.g656
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Indexing by :
_______________________________________________
Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License..
__________________________________________________
MANHAJ: JURNAL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
Institut Agama Islam Negeri Bengkulu
Jl. Raden Fatah, Pagar Dewa Kota Bengkulu 38211
Bengkulu, Indonesia