LIVING AL-QUR’AN SEBAGAI METODE ALTERNATIF DALAM STUDI AL-QUR’AN
Abstract
Pada dasarnya, kajian Al-Qur’an tidak selalu berfokus pada teks al-Qur’an (ma fil al-Qur’an) dan ma haul al Qur’an (kajian terhadap tafsir, ulumul qur’an), namun bisa meluas sampai pada fenomena sosial yang terkait dengan keberadaan al-Quran di tengah komunitas muslim tertentu atau lain yang berinteraksi dengannya dalam kehidupan sehari-hari atau yang sering disebut Living Qur’an, yakni Al-Qur’an yang hidup dalam masyarakat (komunitas). Artikel ini mencoba mengintrodusir pengembangan kajian al-Qur’an ke ranah Living Qur’an, yang sejauh ini kurang mendapatkan perhatian di tengah-tengah mainstream studi Al-Qur’an yang berkutat pada teks Al-Qur’an. Living Qur’an bisa menjadi alternatif menarik dalam pengembangan kajian al-Qur’an kontemporer.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Muhammad Chirzin, “Mengungkap Pengalaman Muslim Berinteraksi dalam al-Qur’an” dalam Metodologi Penelitian Living al-Qur’an dan Hadis, ed Sahiron Syamsuddin, (Yogyakarta: Teras, 2007), hal. 12.
Dalam realitas sosial kehidupan muslim, tindakan yang dimaksud penulis dapat disaksikan begitu dekat oleh kita. Pengalaman berinteraksi dengan al-Qur’an terlihat begitu beragam dari sekedar membaca al-Qur’an baik secara sendiri maupun berjamaah (baca: komunitas), kelompok penggiat kajian tafsir al-Qur’an, penghafal al-Qur’an, mengusir makhluk halus dengan al-Qur’an, praktek ruqyah, hingga menjadikan ayat-ayat al-Qur’an tertentu dan menjadikannya sebagai hiasan rumah, hiasan masjid dan sebagainya. Semua yang dicontohkan tersebut merupakan sebagian dari bentuk terapan interaksi muslim dengan al-Qur’an.
Dalam hal ini, mengutip ungkapan Farid Esack dalam bukunya “A Short Introduction”, menyatakan bahwa al-Quran mampu memenuhi banyak fungsi di dalam kehidupan muslim. Al-Quran, secara teologis diyakini sebagai kitab agama yang sangat istimewa di mata penganutnya. Hingga keragaman bentuk interaksi yang ada antara al-Quran dan penganutnya adalah juga sebab tersebut selain pemaknaan yang lahir dari teks itu sendiri. Farid Esack, The Qur’an: A Short Introduction, (England: Oneworld Publication, 2002), hal. 5.
Lihat Tekstualitas al-Qur’an, terj. Khoiron Nahdiyyin, (Yogyakarta: LKIS, 2000), hal.1.
Lihat Ami>n al-Khu>li, Mana>hij Tajdi>d fi> al-Nah}w wa al-Bala>ghah wa al-Tafsi>r wa al-Adab, (Mesir: Da>r al-Ma’rifah, 1961), hal. 234. Lihat Juga Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living al-Qur’an: Model Penelitian Kualitatif” dalam Metode Penelitian…, hal. 66.
(QS. al-Fus}s}ila>t/41: 44). Lihat Wahbah Zuhaili, dkk, al-Qur’an Seven in One, terj. Imam Ghazali Masykur. dkk, (PT. Almahira: Jakarta, 2009)
Luqman Abdul Jabbar, Ruqyah Syar'iyyah: Fenomena Muslim Indonesia Dalam Memfungsikan Al-Quran (Studi Kasus Fenomena Ruqyah Syar'iyyah Pada Umat Islam Di Kota Yogyakarta, (Yogyakarta: Tesis UIN Sunan Kaljaga, 2006)
Menurut Heddy Shri Ahimsa bahwa Kajian The Living al-Qur’an di sini kemudian memang lebih dekat dengan kajian-kajian ilmu sosial-budaya seperti antropologi dan sosiologi, di mana peneliti tidak lagi mempersoalkan kebenaran
sebuah tafsir atau perlakuan terhadap al-Qur’an, karena tujuan penelitian
bukanlah ‘mengadili’ atau ‘menilai’ sebuah pemaknaan dan pengejawantahannya dalam kehidupan, tetapi memahami, memaparkan dan menjelaskan gejala-gejala tersebut sebaik-baiknya. Lihat Heddy Shri Ahimsa, The Living al-Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi, dalam Jurnal Walisongo, Volume 20, Nomor 1, Mei 2012, hal. 258.
Muhammad Nur Kholis Setiawan, al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: elsaq Press, 2006), h. 68.
Lihat Heddy Shri Ahimsa, The Living al-Qur’an, …, hal. 252.
Syamsudin, S., “Ranah-ranah Penelitian dalam Studi al-Qur’an dan Hadis” dalam M. Mansyur dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TH. Press, 2007), h. xiv.
Ada sebuh penelitian yang dapat dijadikan contoh terkait hal ini, yaitu penelitian tentang pembacaan al-Qur’an di masyarakat Grujugan Bondowoso. Dalam temuan penelitian tersebut ditemukan dua kategori pembacaan yaitu bersifat rutinan dan insidental. Adapun pembacaan pada kategori pertama disesuaikan dengan kesepakatan masyarakat, seperti Khatm al-Qur’an, baik membaca dengan melihat mushaf maupun membaca dengan hafalan, yasinan dan tahlilan. Sedangkan yang bersifat insidental adalah rangkaian pelaksanaan yang disesuaikan dengan permintaan s}a>h}ib al-H}a>jah. Lebih lanjut disebutkan bahwa pemaknaan masyarakat terhadap trades pembacaan al-Qur’an terbagi kepada tiga hal, Pertama, al-Qur’an merupakan kitab suci mulia. Kedua, al-Qur’an sebagai obat hati dan ketiga, al-Qur’an sebagai sarana perlindungan dari bahaya siksa di hari akhir. Lihat Khoirul Ulum, Pembacaan al-Qur’an di Lingkungan Jawa Timur (Studi Masyarakat Grujugan Bondowoso), Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009, hal. 136-139.
Lihat Heddy Shri Ahimsa, The Living al-Qur’an, …, hal. 252.
M. Mansyur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: TH. Press, 2007), h. 5.
Living Qur’an juga dapat diartikan sebagai “fenomena yang hidup di tengah masyarakat Muslim terkait dengan Qur’an ini sebagai objek studinya.” Oleh karena itu, kajian tentang Living Qur’an dapat diartikan sebagai kajian tentang “berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran Qur’an atau keberadaan Qur’an di sebuah komunitas Muslim tertentu.”
Lihat Muhammad Yusuf dalam M. Mansyur, dkk., Metodologi Penelitian…,h. 45-46.
Muhammad Yusuf, Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living al-Qur’an, dalam Metodologi Penelitian Living al-Qur’an, …h. 49.
Lihat John Middelton, “The Religious System” dalam A. Handbook of Method in Cultural Anthropolgy, ed. Raul Naroll, (New York : Columbia University Press, 1973), h. 502
Ibn Fa>ris, Mu’jam Maqa>yi>s al-Lugah,(Bairu>t: Da>r al-Ih}ya>, 2001). h. 154 dan lihat, ar-Ra>gib al-Isfaha>ni>, Mu’jam Mufrada>t al-Fa>z} al-Qur’a>n,(Bairu>t: Da>r al-Fikr, tt). h. 71-72
Yusuf al-Qardawi, Fatwa-fatwa Kontemporer .Terj. As’ad Yasin (Jakarta: Gema Insani Press, 2001). h. 262
Islah Gusmian, Al-Qur’an Surat Cinta Sang Kekasih, (Yogyakarta, Galang Press, 2005), h. 182-185.
Howard M. Federspiel, Kajian al-Qur’an di Indonesia dari Mahmud Yunus Hingga Quraish Shihab, (Bandung: Mizan, 1996), h. 197-205.
Farid Esack, Samudera al-Qur’an, terj. Nuril Hidayah, (Yogyakarta: Diva Press, 2008).
Ahmad Anwar, Pembacaan Ayat-ayat al-Qur’an dalam Prosesi Mujahadah di Pondok al-Luqmaniyah Umbul Harjo Yogyakarta. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Mohamamad Mohtador, Pemaknaan ayat-ayat al-Qur’an dalam Muja>hadah (Studi Living al-Qur’an Pondok Pesantren Krapyak Komplek al-Kandiyas), Tesis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/jpkth.v2i6.1240
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis
Indexing by :

_________________________________________________
El-Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis
Institut Agama Islam Negeri Bengkulu
Raden Fatah Street, District of Pagar Dewa, Bengkulu City, 38211
Bengkulu, Sumatra, Indonesia