Sejarah Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib: Analisis Peranannya dalam Perkembangan Peradaban Islam

Abstract

Ali bin Abi Thalib merupakan pemimpin terakhir Khulafa'ur Rasyidin. Saat beliau mengambil alih kekuasaan, kondisi umat Islam sangat berbeda dengan kondisi pada masa Nabi Muhammad SAW. Dengan pemeluk Islam yang bukan lagi sekedar warga Arab melainkan beragam kebangsaan, budaya, dan etnis yang disatukan di bawah bendera kekhalifahan Islam, maka wilayah kekuasaannya pun meluas hingga ke beberapa kawasan di Afrika dan Asia Tengah. Sayangnya, perbedaan pendapat politik di kalangan elit Islam ternyata melemahkan kekuatan dan superioritas masyarakat dari dalam. Benih-benih perpecahan ini sebenarnya sudah tertanam sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW, ketika mereka memilih penggantinya. Nabi tidak pernah menyembunyikan informasi apapun mengenai proses pemilihan pemimpin; pada saat itu, umat Islam bertanggung jawab atas segalanya. Pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, benih-benih perselisihan antara sahabat senior Aisyah r.a., Thalhah, Zubair, dan Muawiyah pecah menjadi pertarungan terbuka. Perbedaan politik menyebabkan perselisihan agama, yang pada gilirannya menyebabkan umat Islam terpecah menjadi beberapa aliran dan madzhab teologi.