METODOLOGI IMAM AL-THAHAWI DALAM MENYELESAIKAN MUSYKIL AL-HADIS DENGAN PENDEKATAN MUBHAM AL-HADIS
Abstract
Kritik sanad dan matan hadis sangat diperlukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi ke-shahih-an sebuah hadis. Pandangan para Muhadditsin menegaskan bahwa ke-shahih-an sanad hadis bukan jaminan mutlak bagi ke-shahih-an matannya. Seringkali sebuah hadis dinilai shahih atau hasan dari sisi sanadnya, namun sejatinya hadis tersebut tidak demikian, karena tercederai oleh unsur-unsur syaz dan ‘illat yang bukan saja berada pada sanadnya, tetapi juga dapat muncul pada matannya. Secara umum, makna musykil hadis diklasifikasikan kepada dua kategori ; mukhtalaf al-hadis dan hadis yang mengandung makna samar. Musykil hadis kategori kedua adalah hadis yang tidak mengandung unsur kontradiktif dengan semua hadis atau dengan lainnya tetapi hanya mengandung makna samar dan karenanya memerlukan penjelasan. Untuk menyelesaikan problematika yang terdapat dalam hadis tersebut, al-Thahawi melakukan penjelasan maknanya.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
‘Abbas al-Mutawalli Hamadah, al-Sunnah al-Nabawiyyah wa Makanatuha fi al-Tasyri’, (Kairo: Dar al-Qaumiyyah, 1965), h. 169-173.
Muhammad ibn Ismail al-Shan’ani, Taudhih al-Afkar, (Damaskus: Dar al-Fikr, t.th), Jilid I, h. 234.
Utsman ibn Abdurrahman ibn Utsman ibn al-Shalah, ‘Ulum al-Hadis, (Beirut: Dar al-Hadis, 1984), h. 19.
‘Imaduddin Abu al-Fida’ Ismail ibn Katsir, Ikhtishar Ulum al-Hadis, (Kairo: Muhammad Ali Shabih, ttp, t.th), h. 21.
Muhammad Mushthafa al-‘Azhami, Manhaj al-Naqd ‘inda Muhadditsin, (al-Marba’: al-Kautsar, 1990), h. 7-8. Lihat juga: Syamsuddin Muhammad ibn Ahmad al-Zhahabi, Dzikr Man Yu’tamad Qaulah fi al-Jarh wa al-Ta’dil, (Lahore: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, 1980), h. 195.
Ibn Hajar al-‘Asqalani, Lisan al-Mizan, (Heiderabad, tp, 1329 H), jilid I, h. 274-282
Muhammad Yusuf, Amani al-Akhbar, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1987), h. 5. Lihat juga: Abu al-Fida’ Ismail ibn ‘Amr ibn Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, t.th), Jilid 6, h. 186.
Syamsuddin al-Zhahabi, Tazkirah al-Huffaz, (Kairo: Mushthafa al-Babi al-Halabi, 1390 H), jilid 3, h. 809.
Muhammad al-Jurjani, Kitab al-Ta’rifat, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1983), h. 36. Lihat juga: al-Sakhawi, Fath al-Mughith, (Kairo: Maktabah Ibn Taimiyah, t.th), h. 336. Maksud dari amarat disini adalah dalil-dalil zhanni.
Abu Muhammad Ali ibn Ahmad ibn Hazm, al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, (Kairo: al-‘Ashimah, t.th), Jilid 2, h. 21
Ibrahim ibn Musa al-Syatibi, al-Muwafaqat, (ttp: Dar al-Fikr al-‘Arabi, t.th), h. 294.
Muhammad ibn Idris al-Syafi’I, al-Risalah, Tahqiq Ahmad Muhammad Syakir, (ttp:tt,ttt), h. 216.
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/jpkth.v6i2.2338
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 El-Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis
Indexing by :

_________________________________________________
El-Afkar: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Tafsir Hadis
Institut Agama Islam Negeri Bengkulu
Raden Fatah Street, District of Pagar Dewa, Bengkulu City, 38211
Bengkulu, Sumatra, Indonesia